Sabtu, 10 Maret 2012

askeb Nifas


                                     
                                                TINJAUAN PUSTAKA



2.1        Definisi
§  Puerperium atau masa nifas adalah masa setelah melasirkan.
                                                                                              (Cristina Ibrahin : 101)
§  Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
                                                                         (Sinopsis Obstetri Jilid 1: 115)
§  Masa Nifas (puerperium) yaitu dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
                                                                                                  (YBS-PS : 122)
§  Nifas (puerperium) periode waktu atau masa dimana organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu.
                                                               (Perawatan Maternitas Edisi 2: 225)
§  Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan dalam keadaan yang normal.
                                                                                     (Manuaba, 1998 : 190)
§  Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini sekitar 6-8 minggu.
                                                                                  (Mochtar, Rustam, 1998)

2.2    Periode Masa Nifas
1.     Puerperium dini, yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.     Puerperium intermedial, yaitu  masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.     Remote Puerperium, yaitu masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau saat persalinan terdapat komplikasi. Masa untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.3    Fisiologi Nifas
         Yang dimaksud fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas. Artinya memberi ciri dalam masa nifas dengan adanya perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas, yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi selama masa nifas adalah :
1.     Involusi
         Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan, sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena :
-    Autolysis
  Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus. Proses autolysis disebabkan oleh enzim proteolitis dengan memendekkan jaringan otot pada waktu hamil mengalami hiperplasi dan pembesaran jaringan otot jaringan otot menjadi lebih panjang 10 kali lipat dan 5 kali lebih tebal kembali ke keadaan semula.
-    Aktifitis otot-otot
  Adalah adanya kontraksi dan retraksi dari otot-otot uterus setelah anak lahir yang disebabkan karena efek oksitosin dan diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan placenta dan berguna untuk mengeluarkan sisa-sisa darah dari dalam uterus.

-    Iskemia, disebut juga local anemia
  Yaitu kekurangan darah pada uterus, darah yang biasa dialirkan ke uterus setelah anak lahir selama postpartum akan dialirkan ke buah dada yang dibutuhkan untuk pembentukan ASI.
                                                                            (Cristina Ibrahin, 1998)
Perubahan alami alat-alat tubuh :
a.  Uterus
Involusi
TFU (Tinggi Fundus Uteri)
Berat Uterus (gram)
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000
Uri lahir
2 jari di bawah pusat
750
1 minggu
Pertengahan
  pusat-sympisis
500
2 minggu
Fundus teraba di atas simpisis
350
6 minggu
Bertambah kecil
50
8 minggu
Sebesar normal
30

b.  Serviks
Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak. Segera setelah persalinan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam cavum uteri. Setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari.
c.  Endometrium
                  Pada hari pertama, endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm memiliki permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai teraba akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa desidua basalis yang memakan waktu 2-3 minggu.
d. Ligamen-ligamen
Ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang menegang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan. Dinding vagina yang tegang akan kembali seperti sebelumnya. Kira-kira setelah 3 minggu.
e.  Luka jalan lahir
    Luka jalan lahir seperti episiotomi, luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh secara primer.
f.   Involusi bekas implantasi plasenta.
Segera setelah lahir berdiameter ± 7,5 cm, dengan cepat akan mengecil pada minggu ke-2, diameternya menjadi 3,5 cm dan pada minggu ke-6 akan mencapai 2,4 mm.
g.  Saluran kencing
Kandung kencing kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah kandung kencing penuh dan masih tinggal urin residual yang memudahkan infeksi, dilatasi ureter dan pyelum normalkembali dalam waktu 2 minggu.
2.     Lochea
Yang dimaksud dengan lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
               Lochea dibagi dalam beberapa jenis :
a. Lochea Rubra
§  Berlangsung 2 hari pasca persalinan
§  Berisi darah segar (warna merah dan hitam), sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernix caseosa, meconeum.
b.Lochea Sanguinolenta
§  Hari ke 5-7 pasca persalinan
§  Darah dan lender (berwarna merah kekuningan)
c. Lochea Serosa
§  Hari ke 7-14 pasca persalinan
§  Cairan agak berwarna kuning.
d.      Lochea Alba
§  Setelah 2 minggu pasca persalinan
§  Cairan darah putih.

3.     Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI). ASI merupakan makanan pokok bagi bayi . Karena ASI bersifat alamiah, dan tiap ibu yang melahirkan dari dirinya akan tersedia makanan bagi bayinya sendiri. Dampak psikologis pemberian ASI, adalah terjalinnya hubungan yang lebih erat antara ibu dan bayinya. Bayi akan merasa tentram, aman, hangat, kasih saying di dalam pelukan ibunya. Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui), sejak kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
§ Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
§ Keluar cairan susu jolong dan ductus lactiferous disebut colostrums berwarna kuning atau putih susu.
§ Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas pada pemeriksaan luar.

2.4        Pengawasan Masa Nifas
a.      Keadaan Umum
      1.   Nadi
            Umumnya berkisar antara 60-80 x/menit, jika terdapat bradikardi setelah persalinan maka hal tersebut masih dianggap normal. Bila terdapat tackikardi sedangkan suhu badan tidak meningkat, kemungkinan dapat disebabkan karena adanya perdarahan berlebihan atau kelelahan. Dan bila tackikardi disertai dengan kenaikan suhu badan pasca persalinan maka hal ini dapat dimungkinkan karena adanya infeksi nifas.
      2.   Suhu
            Sesudah persalinan suhu badan dapat meningkat kurang dari 0,5ÂșC dari keadaan normal, tidak lebih dari 37,2ÂșC. Bila lebih dari 38ÂșC perlu diwaspadai adanya bahaya infeksi, sesudah 12 jam pertama melahirkan. Umumnya suhu badan akan kembali normal.

      3.   Pernafasan
            Sekitar 16-20 x/menit pada saat nifas. Hal ini dikarenakan rahim sudah kembali pulih dan tidak ada lagi pembesaran rahim yang dapat menekan diafragma.
      4.   Tekanan Darah
            Batas normal untuk sistol 130 mmHg masa nifas diukur setelah plasenta lahir. Hasilnya dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya.
b.   Keadaan Uterus
      Pengawasan terhadap tingginya fundus uteri pada hari-hari pertama setelah melahirkan terutama ditujukan untuk mengantisipasi perdarahan dan untuk mengetahui normal tidaknya proses involusi uterus. Bila terjadi perdarahan yang berasal dari dalam uterus maka kontraksi uterus akan dapat menjadi lemah. Pengawasan kandung kemih juga penting karena kandung kemih yang penuh akan dapat mempengaruhi kontraksi uterus.
c.      Perdarahan
      Pengeluaran darah perlu diukur untuk mengetahui berapa banyak darah yang keluar. Pengawasan dilakukan dengan mengawasi keadaan pembalut penderita. Biasanya ibu akan merasakan bila darah keluar lebih banyak.
d.   Keadaan Lochea
      Pengawasan terhadap keadaan lochea dilakukan setiap mengganti pembalut penderita BAK atau BAB. Pada perawatan vulva yang khusus atau pada waktu penderita merasa pembalutnya kotor. Yang perlu diperhatikan pada pengawasan lochea ini adalah : warna, banyak, dan baunya. Dalam keadaan normal warna ini akan berubah secara gradual dari merah menjadi merah muda, kuning atau kehijauan.
e.      Keadaan Perineum
      Pengawasan perineum dilakukan pada saat perawatan vulva yaitu setiap kali pasien buang air kecil atau pada waktu khusus diadakan perawatan vulva. Yang diperhatikan adalah bagaimana keadaaan jahitannya, keadaan luka bekas jahitan apakah perineum membengkak atau ada infeksi. Laserasi perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu :
·         Derajat Satu : laserasi pada mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum. Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposisi secara alamiah.
·         Derajat Dua  : laserasi pada mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, dan otot perineum. Jahit dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan prosedur.
·         Derajat Tiga : laserasi pada mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
·         Derajat Empat : laserasi pada mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksternal, dan dinding rectum anterior.
Jangan coba menjahit laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.
f.    Keadaan Miksi dan Defekasi
§ Keadaan Miksi
Setelah ibu melahirkan terutama bagi yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila buang air kemih. Ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan, sehingga pasien takut untuk buang air kemih. Bila kandung kemih penuh harus diusahakan agar penderita dapat buang air kemih.
§ Keadaan Defekasi
Kebanyakan pasien mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltic usus. Pengeluaran cairan yang lebih banyak pada waktu persalinan mempengaruhi pula terjadinya konstipasi, biasanya bila pasien tidak BAB sampai 2 hari setelah persalinan.
            g.   Keadaan Payudara
                  Keadaan payudara diawasi setiap ibu akan menyusui bayinya, dan pada waktu mengadakan perawatan payudara secara khusus. Seperti dalam perawatan payudara dikemukakan, yang perlu diperhatikan ialah keadaan putting susu, pembengkakan payudara, dan pengeluaran air susu ibu (ASI). Bila ada kelainan diadakan perawatan seperti yang dikemukakan dalam hal perawatan payudara.
            h.   Istirahat
Setelah melahirkan pasien diusahakan agar dapat beristirahat untuk memulihkan kembali keadaannya setelah banyak mengeluarkan tenaga dan kesakitan saat melahirkan, posisi tidur ibu saat istirahat setelah melahirkan juga perlu diperhatikan.
            i.    Makanan
Mengingat pentingnya makanan guna memulihkan kesehatan dan pembentukan air susu ibu, maka perlu pengawasan apakah ibu memperoleh makanan dengan kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan.
            j.    Laktasi
      Sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae, yaitu :
o   Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
o   Keluar cairan susu jolong dari duktus lactiverus yang disebut colostrums yang berwarna kuning-putih susu.
o   Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
o   Setelah persalinan, pengaruh progesterone akan hilang dan timbul pengaruh LH atau prolaktin yang akan merangsang ASI. Di samping itu pengaruh oxytosin menyebabkan miopitel kelenjar susu berkontraksi, sehingga ASI keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari post partum. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar (rooming in) atau pada tempat yang terpisah.

k.      Keluhan Klien
Keluhan klien setelah melahirkan perlu mendapat perhatian agar kelainan-kelainan yang menimbulkan gejala-gejala keluhan tersebut dapat lekas diawasi. Keluhan-keluhan klien harus mendapat pertolongan secepat mungkin, sebaiknya keluhan penderita disampaikan pada dokter agar mendapat pemeriksaan dan pengobatan yang cepat.

2.5    Tujuan Pengawasan Masa Nifas
1.     Semua aspek pada perawatan nifas, dimaksudkan agar pada saat keluar dari RS atau ibu dipulangkan, ibu berada dalam keadaan yang sehat, dengan anak yang sehat serta mengetahui cara merawat anaknya.
2.     Mendapatkan cukup istirahat, sehingga tubuh dan fikirannya dapat pula kembali setelah menjalankan berbagai tugas, fisik serta emosional selama hamil dan bersalin.
3.     Dapat melaksanakan pemberian ASI secara memuaskan atau memiliki keyakinan dan melaksanakan pemberian susu buatan.

2.6    Masalah, Komplikasi dan Penatalaksanaannya.
a.      Putting susu lecet
Dapat disebabkan oleh cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar dan dapat disertai adanya infeksi monolia.
Penatalaksanaannya, dengan melakukan teknik menyusui yang benar, putting susu harus kering saat menyusui, putting susu dapat diberi linolin. Dan sebaiknya menyusui pada payudara yang tidak lecet terlebih dahulu. Jika lecetnya luas, menyusui ditunda 24-28 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau di pompa.
b.     Payudara bengkak
Disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaannya, dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
c.      Mastitis
Payudara tampak oedema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
Penatalaksanaannya, dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotic dengan analgesic, dan menyusui tidak perlu dihentikan.
d.     Abses Payudara
Pada payudara dengan abses, ASI dipompa, abses diinsisi, serta diberikan antibiotic dan analgesic.
e.      Perdarahan Nifas Sekunder
Perdarahan masa nifas dinamakan sekunder 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan sekunder ini ditemukan kurang dari 1% dari semua persalinan. Sebabnya ialah subinvolusi, kelainan congenital uterus, mioma uteri sub mukosum, dan penghentian laktasi. Terapi dapat dimulai dengan pemberian 0,5 mg atau kurang. Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang penyebabnya. Apabila tidak ditemukan mioma uteri sub mukosum yang memerlukan penanganan khusus, kerokan (kuretase) dapat menghentikan perdarahan. Pada tindakan ini perlu dijaga agar tidak terjadi perforasi.
f.   Mobilitas
Selama 8 jam post partum ibu harus istirahat, dan tidur terlentang, lalu boleh berbaring miring kiri atau kanan. Hari ke dua diperbolehkan duduk, hari ke tiga jalan-jalan dan hari ke empat atau ke lima sudah diperbolehkan pulang.
g.     Diet
Makan bergizi, berkalori, mengandung protein, banyak cairan sayur-sayuran dan buah. Harus mendapat tambahan kalori 500 kalori setiap hari. Minum vitamin (200.000 unit)
h.     Miksi
Hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya.
i.    Defekasi
Buang air besar harus sudah dilakukan dalam 3-4 hari pasca persalinan
j.    Perawatan Payudara
Dimulai sejak pasien masih hamil, tujuannya agar putting susu lemas, tidak kering dan keras, serta sebagai persiapan untuk menyusui bayinya :
o Menjaga payudara tetap kering dan bersih, terutama putting susu.
o Menggunakan BH yang menyokong payudara.
o Apabila putting susu lecet, oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu tiap kali selesai menyusui.
o Apabila lecet berat, menyusui dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
o Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parcetamol 1 tablet setiap 3 jam.
o Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
    Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 1 menit.
    Urut payudara dari arah pangkal menuju putting susu atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah menuju putting.
    Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lemas.
    Susukan bayi setiap > 3 jam, apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
    Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
k.     Laktasi
Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu, pengaruh oksitosin menyebabkan intro-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI keluar. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
l.    Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri. Begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

m.   Istirahat
Sarankan ibu untuk tidur siang dan tidur selagi bayi tidur. Kurangnya istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi dan memperbanyak jumlah perdarahan.
n.     Pemeriksaan pasca persalinan, meliputi pemeriksaan umum, keadaan umum, payudara, dinding perut, secret vagina, dan keadaan alat kandungan.
o.     Kebersihan
Anjurkan ibu membersihkan daerah kelamin, dengan sabun dan air, mulai depan ke belakang yaitu dari vulva ke anus.
p.     KB
Pada umumnya metod KB dapat dimulai setelah 2 minggu setelah melahirkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana efektifitasnya kelebihan atau keuntungan, efek samping, cara menggunakan dan kapan menggunakan.
q.     Nasehat untuk ibu nifas
1.  Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
2.  Sebaiknya bayi disusui
3.  Kerjakan gymnastic sehabis bersalin (senam nifas)
4.  Untuk kesehatan melakukan KB untuk menjarangkan anak
5.  Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.
r.    Pemulangan Pasien
Pasien dapat dipulangkan jika persalinan lancar dan spontan setelah keadaan baik dan tidak ada keluhan.

        

         2.7. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
§ Taking in (ketergantungan)
¤      Timbul pada hari I dan II masa nifas.
¤      Membutuhkan perlindungan dan pelayanan
¤      Tergantung, perlu istirahat dan nutrisi
¤      Pasif
¤      Fokus pada diri sendiri
¤      Membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang
¤      Persepsi menyempit, kadang konsentrasi menurun sehingga kemampuan menerima informasi juga berkurang.
§ Taking hold (ketergantungan-ketidak tergantungan)
¤      Timbul pada hari ke-3 sampai dengan 4 dan 5 masa nifas
¤      Ibu siap menerima peran baru dan belajar semua hal-hal baru
¤      Butuh system pendukung
¤      Mekanisme pertahanan diri penting.
¤      Merupakan waktu terbaik untuk memberikan untuk memberikan health education / penyuluhan.
§ Letting Go (ketidak tergantungan)
¤      Terjadi pada minggu ke 5-8 masa nifas.
¤      Keluarga tidak menyesuaikan diri dengan peran baru dan anggota baru
¤      Tubuh telah mulai sembuh.
¤      Mampu menerima tanggung jawab dan mandiri.










A.    Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki - laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu ( ASI ) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan - bulan pertama kehidupan.
1.          Kalang Payudara ( Areola Mammae )
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula.
Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
2.          Putting Susu.
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang - lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat - serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat - serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.
Payudara terdiri dari 15 - 25 lobus. Masing - masing lobulus terdiri dari 20 - 40 lobulus. Selanjutnya masing - masing lobulus terdiri dari 10 - 100 alveoli dan masing - masing dihubungkan dengan saluran air susu ( sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon.
3.          Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam - macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
a.       Pembentukan kelenjar payudara.
b.      Pembentukan air susu.
c.       Pemeliharaan pengeluaran air susu.

a.       Pembentukan kelenjar payudara.
1.         Masa Kehamilan.
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari - duktus yang baru, percabangan - percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon - hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon - hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid, hormon pertumbuhan.
2.         Pada 3 bulan Kehamilan.
Prolaktin dari adenohipofise / hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrom. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
3.         Pada Trimester Kedua Kehamilan.
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon - hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa seorang Ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum.
b.      Pembentukan Air Susu.
Pada seorang Ibu yang menyusui dikenai 2 reflek yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu:
1.         Refleks Prolaktin.
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone sari-at berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung - ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor - faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor - faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor - faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel - sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 - 3. pada ibu yang menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti :
o   Stress atau pengaruh psikis
o   Anastesi
o   Operasi
o   Rangsangan puting susu
2.         Reflek Letdown
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise posterior ( neurohipofise ) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus dan selanjutnya menbalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor - faktor yang meningkatkan let down adalah :
-          Melihat bayi
-          Mendengarkan suara bayi
-          Mencium bayi
-          Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor - faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti:
-          Keadaan bingung / pikiran kacau
-          Takut
-          Cemas

c.       Pemeliharaan Pengeluaran Air Susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormone - hormone ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.

4.          Mekanisme Menyusui.
a.       Reflek mencari ( Rooting Reflex }
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut  dan kemudian putting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b.      Reflek menghisap ( Sucking Reflex )
Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, putting susu ditarik lebih jauh dan rahang rnenekan kalang payudara dibelakang putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit - langit keras. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu pada langit - langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi, tidak akan menimbulkan cedera pada putting susu.

c.       Reflek menelan (swallowing reflek )
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot - otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu mengalir dengan mudah dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi, yang semuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk menghisap susu menjadi minimal.
Kebanyakan bayi - bayi yang masih baru lahir belajar menyusu pada ibunya, kemudian dicoba pada susu botol yang bergantian, maka bayi tersebut akan menjadi bingung puting. Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, cara menyusu seperti menghisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu, jika bayi terpaksa tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir, atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung puting.

B.     Manajemen Laktasi
Semua keunggulan yang terkandung pada ASI perlu ditunjang oleh cara pemberian yang benar.
1.         Persiapan menyusui
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan ha( yang pentin-, sebab den-an persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Bimbingan persiapan menyusui ( BPM ), terdiri atas :
a.       Penyuluhan ( audio visual ) tentang :
-          Keunggulan AS[ dan kerugian susu botol.
-          Mantaat rawat gabung.
-          Perawatan bayi.
-          Keluarga berencana,dll.
b.      Dukungan psikologis pada ibu untuk manghadapi persalinan dan keyakinan dalam keberhasilan menyusui.
c.       Pelayanan meliputi pemeriksaan payudara, perawatan putting susu.

2.         Perawatan Psikologis
Langkah - langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui :
-          Menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninya.
-          Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu botol.
-          Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya.
-          Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan kemauanya dalam membantu ibu sehingga hilang ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang dihadapi.

3.         Pemeriksaan Payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengetahui lebih dini adanya kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan, dimulai dari inspeksi dan palpasi, serta dimulai pada kunjungan pertama.
a.       Inspeksi Payudara
1.         Payudara
-          ukuran dan bentuk
Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masa, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi.
-          Kontur / Permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan kearah tumor. Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan seperti kulit jeruk.
-          Warna Kulit
Pada umumnya warna kulit sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit atau bahkan keganasan.
2.         Kalang Payudara
-          Ukuran dan Bentuk
Umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selama kehamilan serta bersifat simetris.
-          Permukaan
Dapat licin atau berkerut, bila ada sisik putih perlu dipikirkan tentang kebersihannya yang kurang.
-          Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna lebih gelap.
b.      Palpasi Payudara
-          Konsistensi.
Konsistensi payudara dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal.
-          Masa
Tujuannya untuk mencari masa secara jelas letak dan ciri-ciri masa yang teraba, dan harus dievaluasi dengan baik. Pemeriksaan ini sebaiknya diperluas sampai ke arah ketiak.
-          Putting Susu
Pemeriksaan putting susu merupakan hal yang terpenting dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui.


4.         Pemeriksaan Putting susu datar
a)      Pengertian
Putting susu datar merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Macam-macam kelainan anatomi pada putting susu ada dua, yaitu putting susu datar (flat nipple) dan putting susu terbenam (inverted nipple).
Gambar bentuk-bentuk putting susu:




b)      Etiologi
o   Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara pasti, hal ini dapat dikarenakan terjadinya gangguan pembentukan atau kelainan bawaan seperti pada true inverted nipple.
o   Karena kelainan otot putting payudara, penanganannya membutuhkan tindakan pembedahan.
c)      Diagnosis
Untuk diagnosis apakah putting susu ada kelainan atau tidak, yaitu dengan cara menjepit kalang payudara antara ibu jari dan jari telunjuk di belakang . putting susu. Kalau putting susu menonjol maka putting tersebut adalah normal, tetapi kalau putting tidak menonjol maka putting tersebut putting inversi atau datar.
d)     Komplikasi           .
o   Terjadinya putting susu lecet
o   Terjadinya sumbatan saluran ASl
o   Terjadinya pembengkakan payudara
o   Terjadinya mastitis
o   Terjadinya abses payudara

e)      Penatalaksanaan
Cara Perawatan putting susu datar
a.      Dengan Tekhnik Hoffman
1)      Cucilah tangan sebelum melakukan perawatan payudara.
2)      Kompres putting susu sampai bagian areola mammae dengan kapas yang telah dibasahi minyak kelapa selama 2-3 menit. Tahap ini bertujuan untuk memperlunak kotoran/kerak yang menempel pada putting susu sehingga mudah untuk dibersihkan.
3)      Olesi ibu jari dan jari telunjuk dengan minyak kelapa.
4)      Kedua putting susu diputar kearah dalam dan keluar (searah dan berlawanan jarum jam) sebanyak 30 kali putaran. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan elastisitas otot putting susu.
5)      Letakkan kedua jari telunjuk di sebelah kiri dan kanan putting susu, kemudian secara perlahan tarik kearah luar menjauhi putting susu. Lakukan sebanyak 20 kali. Gerakan ini membantu meregangkan kulit areola mammae dan jaringan dibawahnya.
6)      Gerakan tersebut diulangi dengan letak kedua jari telunjuk dipindahkan kearah atas dan bawah.
7)      Pijat kedua areola mammae hingga keluar 1-2 tetes ASI.
8)      Kedua putting susu dibersihkan dengan handuk kering dan bersih.
9)      Pakailah BH yang bersifat menopang payudara.
Gambar gerakan Hoffman


b.      Dengan menggunakan pompa putting atau spuit modifikasi
Dapat dibuat dari spuit injeksi 10 cc. Bagian ujung jarum dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan dari arah potongan tersebut.

Gambar pembuatan spuit modifikasi :





Cara penggunaanya:         
1)      Tempelkan ujung pompa (spuit injeksi) pada payudara, sehingga putting berada di dalam pompa.
2)      Tarik perlahan sehingga terasa ada tahanan dan dipertahankan selama 30 detik - 1 menit.
3)      Bila terasa sakit kendorkan.
4)      Prosedur ini diulangi terus hingga beberapa kali dalam sehari.

c.       Dengan menggunakan pemijatan untuk menormalkan bentuk putting
1)      Cucilah tangan sebelum memulai pemijatan.
2)      Sebelum pemijatan angkat payudara dengan telapak tangan, kemudian tekan tepat pada putting dengan telunjuk selama 3 menit.
3)      Tarik putting dengan ibu jari dan jari telunjuk, selama 3 detik lalu lepaskan.
4)      Selanjutnya, tahan dan angkat payudara dengan salah satu telapak tangan, dengan posisi payudara antara ibu jari dan telunjuk serta telapak sedikit menekan dasar payudara.
5)      Letakkan putting diantara ibu jari dan telunjuk serta jari tengah. Arahkan putting kearah atas hingga anda dapat melihat ujung putting. Bila keluar cairan dari ujung putting maka segera bersihkan.
6)      Pijat sekeliling lingkar putting mernakai ujung jari seolah-olah membentuk lingkaran selama I-2 menit. Jika lingkar putting sudah terasa lunak, lakukan pada puting sebelahnya.
7)      Tarik ujung putting memakai ujung, jari, serta putar ke kiri atau ke kanan selama 2-3 menit. Lakukan tarikan atau putaran ini tetapi jangan sampai terasa sakit.
Gambar pemijatan untuk menormalkan putting susu :








Kalau dengan semua cara tersebut di atas putting susu tetap datar, maka ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet. Karena tidak semua kelainan putting susu dapat dikoreksi.
Cara menyusui dengan flat nipple
1)      Bila hanya satu putting yang terkena, maka bayi pertama-tama disusukan pada putting susu yang normal, karena menyusukan pada putting yang normal maka sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi dan juga mengurangi kemungkinan terjadinya lecet pada putting.
2)      kompres dingin pada putting susu yang datar sebelum menyusui akan menambah protaktilitas dari putting.
3)      Deng teknik Hoffman dan menggunakan Breast Hield pada waktu tidak menyusui akan menambah protaktilitas dari putting
4)      Kalau dengan semua cara tersebut di atas, tidak dapat dikoreksi maka ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa kemudian diberikan dengan sendok atau pipet.
5)      Biarkan bayi menghisap dengan kuat pada posisi menyusui yang benar, karena dengan demikian akan memacu peregangan putting.
Gambar cara memegang putting susu datar pada saat menyusui

Gambar berbagai macam posisi menyusui





Cara pengeluaran ASI Pada putting susu datar
1)      Pengeluaran ASI dengan tangan
·         Siapkan cangkir, gelas atau mangkuk yang sangat bersih. Cuci dengan sabun dan keringkan dengan tissue/lap yang bersih. Tuangkan air mendidih ke dalam cangkir dan biarkan selama beberapa menit. Bila sudah siap untuk memeras ASI, buang air dari cangkir.
·         Tangan dicuci sampai bersih .
·         Letakkan cangkir di meja atau pegang dengan satu tangan lain untuk menampung ASI.
·         Badan condong ke depan dan sangga payudara dengan tangan.
·         Letakkan ibu jari disekitar areola di atas puting susu dan jari telunjuk pada areola di bawah putting susu.
·         Pijat ibu jari dan telunjuk ke dalam, menuju dinding dada.
·         Sekarang pijat areola di belakang putting susu diantara jari dan ibu jari.
Ibu harus memijat sinus lactiferus di bawah areola.
·         Tekan-lepas-tekan-lepas. Pada mulanya tidak ada ASI yang keluar, tetapi setelah diperas beberapa kali ASI mulai menetes. ASI juga memancar bila reflek pengeluaran aktif.
·         Jangan memijat atau menekan putting, karena dapat menyebabkan nyeri.
·         Gerakan ini diulangi pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

Gambar pengeluaran ASI dengan tangan



2)      Pengeluaran ASI dengan pompa
·         Tekan bola karet unutuk mengeluarkan udara.
·         Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan putting susu tepat ditengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
·         Bola karet dilepas, sehingga putting susu dan kalang payudara tertarik ke dalam.
·         Tekan-lepas-tekan-lepas, sehingga ASI keluar dan terkumpul pada lekukan penampung sisi tabung. Setelah dipakai atau akan dipakai, alat harus dicuci bersih dengan menggunakan air mendidih. Bola karetnya sukar dibersihkan, oleh karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.
Gambar pengeluaran ASI dengan pompa



Cara pemberian ASI ke bayi :
1)       Dengan menggunakan cangkir
·         Ibu atau yang memberi minum bayi duduk dengan memangku bayi.
·         Pegang punggung bayi dengan lengan.
·         Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi.
·         Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi menghisap ASI dari dalam cangkir (saat cangkir dimringkan).
·         Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi menelan.


Gambar pemberian ASI dengan cangkir :





2)       Dengan rnenggunakan sendok
·         Ibu atau yang memberi minum pada bayi duduk dengan memangku bayi.
·         Pegang punggung bayi dengan lengan.
·         Dekatkan bibir sendok pada mulut bayi.
·         Biarkan bayi berusaha menghisap sendiri ASI dalam sendok
·         Berikan ASI sedikit demi sedikit.
·         Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi menelan.
Gambar pemberian ASI dengan sendok :




Langkah-langkah Menyusui Yang Benar
a)      Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan sekitar areola. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan pada putting susu.
b)      Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
·         Ibu duduk/berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah, agar kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
·         Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
·         Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di depan.
·         Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya kepala bayi yang membelok).
·         Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
·         Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
c)      Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu atau areola saja.
d)     Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh mulut bayi.
e)      Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
f)       Melepas isapan bayi dengan cara kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
g)      Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan di sekitar areola, biarkan kering dengan sendirinya.
h).  Menyendawakan bayi dengan tujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya hayi tidak muntah/gumoh setelah menyusu.
Gambar posisi untuk membuat bayi bersendawa:





Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
a)      Bayi tampak tenang.
b)      Badan bayi menempel pada perut ibu.
c)      Mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu.
d)     Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi.
e)      Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
f)       Putting susu ibu tidak terasa nyeri.
g)      Telinga dan tangan bayi terletak pada satu garis lurus.
h)      Kepala tidak menengadah.
Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya payudara, maka sebaiknya tiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
Gambar BH yang baik untuk ibu menyusui :




Penyimpanan ASl bagi Ibu Bekerja
ASI yang telah dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat, bila disimpan :
1)       Di udara terbuka/bcbas                       : 6-8 jam
2)       Di lemari es (4ÂșC)                                : 24 jam
3)       Di lemari pendingin/beku (-18ÂșC)       : 6 bulan
Sebaiknya ASI disimpan dalam wadah kecil dari besi nirkarat (stainless, steel). Tetapi jika tidak ada, bisa memakai kantong plastik. Botol harus diberi tanggal dan jam agar ASI yang pertama kali disimpan bisa dipakai lebih dulu. Jika akan dipakai, ASI dihangatkan dulu dengan merendamnya dengan air panas. ASI yang tersisa setelah diberikan pada bayi sebaiknya dibuang. Pemberian ASI jangan menggunakan botol susu, tetapi gunakan sendok.

C.    Aspek Gizi Air Susu Ibu
1.         Faktor - faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI
a.       Perubahan sosial budaya
-          Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
-          Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
-          Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya.
b.      Faktor Psikologis
-          Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
-          Tekanan batin.
c.       Faktor Fisik Ibu
-          Ibu sakit, misalnya mastitis, hepatitis dsb.
d.      Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat dorongan tentang manfaat pemberian ASI.

2.         Kebaikan Air Susu Ibu.
ASI merupakan susu terbaik untuk bayi kita, tidaklah perlu disangsikan lagi. Disamping zat- zat yang tergantung didalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
a.       Steril dan aman dari pencemaran kuman.
b.      Tidak ada bahaya alergi.
c.       Selalu tersedia dengan susu yang optimal.
d.      Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
e.       Mengandung anti body yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus.

Selain kebaikan ASI sendiri, menyusui juga mempunyai keuntungan lain,. yaitu :
a.       Dengan menyusui terjalin hubungan yang lebih baik antara bayi dan ibunya karena secara umum dengan adanya kontak kulit, bayi merasa aman. Hal ini sangat penting bagi perkembangan psikis dan emosi dari bayi.
b.      Dengan menyusui menyebabkan uterus berkontraksi sehingga pengembalian uterus keadaan fisiologis ( sebelum hamil ) lebih cepat.
c.       Dengan menyusui akan mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara pada masa mendatang.
d.      Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan mendatang.

3.         Bahaya Pemberian Susu Botol.
a.       Meningkatnya morbiditas diare karena kuman dan moniliasis mulut yang meningkat, sebagai akibat dari pengadaan air dan sterilisasi yang kurang baik.
b.      Meningkatnya kejadian marasmus yang disebabkan kerena penyapihan . yang terlalu dini.
c.       Kurangnya kalori dan protein pada bayi sangat berbahaya karena jumlah sel otak dan juga luas permukaan otak yang sebenarnya masih dalam taraf perkembangan yang cepat sampai akhir tahun kedua, perkembangan akan terganggu l terhenti sehingga menyebabkan penurunan kapasitas mental, intelektual dan juga fisik di masa mendatang.

4.         Komposisi Air Susu Ibu.       .
ASI. adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktase dan garam - garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. Komposisi ASI ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu.
Faktor - faktor yang mempengaruhi komposis Air Susu IN adalah:
a.       Stadium laktasi.
b.      Ras.
c.       Keadaan nutrisi
d.      Diit ibu.

5.         Air Susu lbu Menurut Stadium Laktasi.
Ø  Kolostrum
-          Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara.
-          Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau ke empat.
-          Merupakan cairan kental dengan warna ke kuning - kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur
-          Lebih banyak mengandung anti body dibandingkan dengan ASI yang matur.
-          Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
-          Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
Ø  Air Susu Masa Peralihan
-          Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
-          Disekresi hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi.
-          Kadar protein, makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.
Ø  Air Susu Matur
-          Merupakan Asi yang disekresi pada hari ke-4 dan seterusnya.
-          Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning - kuningan.
-          Tidak menggumpal jika dipanaskan.










DAFTAR PUSTAKA


Soetjiningsih, ASi : Petunjuk untuk tenaga kesehatan. 1997. Jakarta : EGC
Haulina, Mellyna. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. 2001. Jakarta : Puspa Swara.
www.google.com : Kapan ASI Basi
www.google.com : Manajemen ASI Bagi Ibu Bekerja
www.google.com : Perawatan Payudara Selama Hamil
www.google.com : Semua Ibu Pasti Bisa Menyusui.


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
PADA NY “ E “ P1001 DENGAN PUTTING SUSU DATAR
DI BPS Hj. INDAH THOHIR, SST
SIDOMUKTI - KEPOHBARU
        I.            Pengkajian Data
                 Tanggal            : 08 – 10 - 2010                                               Jam      :12.00 WIB
A      DATA SUBYEKTIF
1.      Biodata
Nama ibu        : Ny “ E “                           Nama ayah      : Tn.” M”
Umur              : 20 tahun                           Umur               : 27 tahun
Agama            : Islam                                Agama            : Islam
Pendidikan     : SMU                                Pendidikan      : D II
Pekerjaan        : GURU                             Pekerjaan        : GURU
Penghasilan    : -                                       Penghasilan     : Rp. 800.000
Alamat            : Dsn. Balong – Ds. Jegreg
                        Modo - Lamongan           
2.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan sulit menyusui bayinya karena putting susunya tidak  menonjol

3.    Riwayat Kesehatan yang lalu.
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis, akut, dan menular (seperti darah tinggi, kencing manis, jantung, asma, paru-paru, dan IMS)

4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak pernah menderita penyakit kronis, akut, dan menular (seperti : darah tinggi, kencing manis, jantung, asma, paru-paru, dan IMS). dan tidak ada keturunan kembar.

5.         Riwayat Menstruasi
Menarche       : 14 tahun
Siklus             : 28 hari
Lama              : 6 hari
Banyaknya     : ± 3 kotek sehari
Warnanya       : Hari ke 1-3 warna merah, hari ke 4-5 kecoklatan, ke-6 bercak kuning.
Bau                : Khas (Anyir)
disminorche   : ada  sebelum  3 hari  menstruasi.
Fluor albus     : ada 2 hari sebelum dan sesudah menstruasi
HPHT            : 05 -  01- 2009
TTP                :12  - 10 -  2010
6.                  Status Perkawinan
   Perkawinan ke   : 1 kali                   
    Usia kawin         : 19 Tahun
   Lama kawin       : 1     Tahun

7.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang  lalu

NO

Umur Kehamilan
Cara Partus
Penolong
Tempat
Keadaan Bayi
Jenis Kelamin
Berat Badan Lahir
Uri
Nifas
Umur Seka rang
1
± 9 bulan

Spontan

Bidan
RS
Sehat
Perem puan
37000 Gr
Leng kap
Nor mal


8.      Riwayat Kehamilan  yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, ibu secara rutin periksa dibidan pada TM I sebanyak 2x, TM II 3x, dan TM III 5x. Selama periksa ibu mendapat suntik TT 1x saat uk 4 bl, tablet tambah darah, vitain dan kalsium. Ibu juga mendapatkan penyuluhan perawatan payudara, tanda bahaya kehamilan.

9.      Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan persalinan ibu pada tanggal 06  oktober 2010 pukul : 20.00 wib. Spontan ditolong oleh bidan, jenis kelamin  perempuan, BB 3700 gram, PB 47 cm, AS : 7- 8 , plasenta lahir 10 menit setelah bayi lahir.

10.  Riwayat KB
Ibu mengatakan selama menikah belum pernah mengikuti KB dan Ibu dianjurkan mengikuti KB MAL sekarang.

11.  Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a.       Pola Nutrisi
Selama hamil    :  Makan  3x sehari porsi sedang dengan menu: nasi, sayur, lauk-pauk.
Minum 4-5 gelas sehari (air putih kadang teh)
Selama nifas     :  Makan 2x sehari porsi sedang dengan menu : nasi, lauk pauk dan sayur.
Minum 1 gelas teh dan 4 gelas air putih.
b.      Pola Istirahat dan Tidur
Selama hamil
Siang     : ± 1,5 jam (jam 13.00 – 14.30 wib)
Malam   : ± 7 jam (jam 21.30 – 04.30 wib).

Selama nifas
Siang     : ± 1 jam.
Malam     : ± 5 jam.
c.       Pola Eliminasi
Selama hamil    :  BAB 1x sehari warna kuning, s lembek, tidak sakit.
BAK 6-7x/sehari warna kuning jernih, bau khcas.
Selama nifas     :  BAB 1x sehari warna kuning, konsistensii lembek, tidak sakit.
BAK 3-4x/sehari warna kuning jernih, bau khas.
d.      Pola aktivitas
Selama hamil    :  Ibu bekerja.
Selama nifas     :  Ibu belum bisa beraktifitas.
e.       Kebiasaan
Selama Hamil         :  Tidak   ketergantungan obat-obatan
Selama nifas           :  Tidak   ketergantungan obat-obatan                                   
f.     Pola Kebersihan
Selama hamil    :  Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x/hari, ganti pakaian dalam dan luar 2x/hari, keramas 2 hari  sekali.
Selama nifas      : Ibu mandi 3xsehari, gosok gigi 2xhari, ganti pakai 2x1 hari, ganti pembalut jika sudah basah
g. Seksualitas
Selama hamil   : -
Selama nifas    : -           
h.         Rekreasi
Selama hamil  : -
Selama nifas   : -

 12. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan anggota keluarga baik. Ibu merasa cemas dan khawatir karena belum bisa menyusui bayinya.

13.Data Sosial Budaya
Ibu mengatakan melakukan selamatan 40 hari setelah kelahiran serta ibu tidak pernah minum jamu.

14. Pengetahuan.
Ibu mengatakan mendapatkan informasi dari petugas kesehatan tentang cara perawatan payudara dan cara meneteki yang benar.



B.     DATA OBYEKTIF
1.      Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum        : baik
Kesadaran                : Composmentis
BB                            : 50 kg
TB                            : 150 cm
Tekanan Darah         : 120/80 mmHg.
Suhu                         : 36,3°C
Nadi                         : 90 x / menit
RR                            : 20 x/menit
2.      Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi
Kepala                : Simetris , warna rambut hitam , tidak rontok , bersih, tidak ada benjolan.
Muka                  : Simetris , agak pucat , tidak oedema , tidak ada Kloasma
Mata                   : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterus.
Hidung               : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, bersih, tidak ada pengeluaran secret
Mulut dan Gigi : Bibir tidak pucat , tidak ada stomatitis , tidak ada caries gigi , tidak ada pembesaran tonsil dan getah bening
Telinga               : Bersih, simetris , tidak ada pengeluran secret, tidak ada gangguan pendengaran
Leher                  : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid , kelenjar limfe, dan tidak ada bendungan vena jugularis.
Dada                  : Simetris , tidak ada retraksi dada , frekuensi normal.
Payudara            : Simetris , terlihat kotor, terjadi penbesaran payudara , terjadi Hiperpygmentasi dan hipervaskularisasi pada areola mammae , putting susu datar

Perut                   : terdapat strie albican, tidak ada luka bekas operasi, terdapat pembesaran perut sesuai usia nifas.
Genetalia            : Tidak oedema, tidak ada varises, terdapat pengeluaran lochea rubra.
b)      Palpasi
Leher                  : Tidak teraba ada pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis , dan pembesaran limfe
Perut                   : TFU 2 jari bawah pusat, UC baik, tidak ada benjolan abnormal, kandung kemih tidak tegang dan tidak terasa sakit.
Payudara            : Adanya pengeluaran kolostrom, tidak ada benjolan yang abnormal. Putting susu datar
Ekstremitas        : Tidak ada oedema, turgor kulit baik.
c)      Auskultasi
Dada                  : Tidak ada ronkhi dan wheezing
Abdomen           : Bising usus (-)
d)     Perkusi
Abdomen           : Meteorismus (-)
Reflek patella     : (+) / (+)

     II.            IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx                            :       Ny. “E” P1001 Ab000 Postpartum hari ke-I Idengan putting susu datar
Masalah       :
Kebutuhan :
  III.            ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Pada Ibu       :  -    Potensial terjadi putting susu lecet
                        -    Potensial terjadi saluran ASI tersumbat sehingga produksi ASI kurang optimal.
                        -    Potensial terjadi pembengkakan payudara
                        -    Potensial terjadi mastitis
Pada Bayi     :  -    Potensial terjadi kurang gizi
                        -    Potensial terjadi ikterus

  IV.            IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
·         KIE tentang cara menyusui dengan putting susu yang data
·         KIE tentang perawatan payudara dengan putting susu yang datar

     V.            INTERVENSI
Tanggal           : 08 – 10 – 2010                                                               jam 12.30 WIB
Dx                   : Ny.”D” P1001 Ab000 postpartum hari ke- II dengan putting susu datar
Tujuan             : -    Putting susu yang datar dapat sedikit menonjol
                          -    Ibu dan bayi dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani
                          -    Ibu dapat mengerti dan memahami tentang perawatan payudara
                          -    Bayi segera mendapat nutrisi dengan baik.
1.      Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R / Ibu dan keluarga lebih kooperatif dalam tindakan dan menambah pengetahuan ibu dan keluarga.
2.      Lakukan pemeriksaan TTV
R / Deteksi dini adanya komplikasi
3.      Lakukan obsevasi kontraksi uterus dan TFU
R/ Kontraksi yang adekuat dapt mempercepat proses involusi uterus
4.      Lakukan observasi pengeluaran pervaginam
R / Deteksi dini adanya kelainan
5.      Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak minum air putih
R/ Mengkonsumsi makanan yang bergizi membantu meningkatkan regenerasi jaringan.
6.      Ajarkan ibu cara perawatan payudara khususnya perawatan putting datar
 R / Payudara menjadi bersih , lancar, dan putting dapat menonjol.
7.      Ajarkan ibu cara menyusui yang benar
R / Pemberian ASI akan maksimal pada bayi
8.      Anjurkan pada ibu untuk memberi ASI sesering mungkin
R / Bayi terpenuhi nutrisinya.
9.      Jelaskan pada ibu akibat dari menyusui yang tidak benar
R / Menambah pengetahuan ibu
10.     Jelaskan pada ibu cara perawatan putting payudara datar
R / Menambah pengetahuan ibu
11.  Anjurkan pada ibu untuk kompres dingin / hangat sebelum / sesudah menyusui
R/ untuk menguranoi bengkak dan nyeri juga untuk memperlancar peredaran darah.
12.  Jelaskan pada ibu tentang manfaat ASI
R / Menambah penGetahuan ibu.
13.  Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif
R/ Agar nutrisi terpenuhi

  VI.            IMPLEMENTASI
Tanggal    : 08 – 10 – 2011                                                                      jam 12.00 WIB

1.    Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga dan menjelaskan hal-hal yang belum dimengerti sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2.      Mengukur TTV
KU              : baik
Kesadaran   : composmentis
TD               : 120/80 mmHg
Nadi            : 90 x/menit
RR              : 20 x/menit
Suhu            : 36ÂșC
TFU            : 2 jari bawah pusat
3.      Melakukan observasi lochea, banyak, dan warna
Lochea yang keluar adalah lochea rubra, warnanya merah dan banyaknya 2 softex/hari.
4.      Melakukan observasi kontraksi uterus dan mengukur TFU. Memeriksa kontraksi uterus dengan cara meraba uterus yaitu ibu disuruh tidur terlentang, terlihat kontraksi uterusnya bagus.
5.   Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat regenerasi jaringan sehingga luka jaringan maupun proses involusi berjalan dengan nomal makanan bergizi dan banyak minum air putih dapat mengembalikan tenaga ibu yang hilang sewaktu mengedan pada proses persalinan. Contoh makanan yang bergizi yang mengandung protein, carbohidrat, dan vitamin. Contoh : nasi, sagu, tahu, tempe, sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman segelas susu.
6.      Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara khususnya perawatan pada putting susu datar , caranya :
-          Ibu mencuci tangan terlebih dahulu.
-          Membersihkan putting susu dengan kapas yang telah dibasahi dengan baby oil.
-          Memijat-mijat putting dengan cara menggunakan 2 jari dengan cara arah berlawanan atau dengan cara memencet putting kemudian putting diputar-­putar. Dilakukan secara bergantian antara putting kiri dan kanan.
7.      Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar agar bayi dapat meminum ASI dengan nyaman dan tidak mudah tersedak.
8.      Menganjurkan ibu untuk menyusukan sesering mungkin yaitu 2 jam sekali.
9.      Menjelaskan pada ibu akibat cara menyusui yang tidak benar :
1)       Putting susu menjadi lecet dan luka
2)       ASI tidak mencukupi , produksi ASI semakin berkurang akibat reflek menghisap yang salah.
3)       Bayi menolak menyusun
4)       Bayi bingung putting
10.  Menganjurkan pada ibu tentang perawatan putting datar ;
1)       Bila hanya satu putting yang terkena , maka bayi pertama-tama disusukan pada putting susu yang normal , karena menyusukan pada putting yang normal maka sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi dan juga mengurangi kemungkinan lecetnya putting.
2)       Kompres dingin pada putting yang mendatar sebelum menyusui akan menambah prolaktivitas dari putting.
3)       Dengan teknik Hoffmen dan menggunakan Breastshild pada waktu tidak menyusui akan menambah prolaktifitas.
4)       Kalau dengan semua cara tersebut di atas tidak dapat dikoreksi , maka ASI dikeluarkan dengan tangan / pompa kemudian diberikan dengan sendok atau pipet.
5)       Biarkan bayi menghisap dengan kuat dengan posisi menyusui yang benar , karena dengan demikian akan memacu peregangan putting
11.  Menjelaskan pada ibu tentang manfaat ASI, yaitu :
·         ASI mengandung antibody dapat menghambat pertumbuhan kuman.
·         Dengan menyusui akan terjalin ikatan yang erat antara ibu dan bayi.
·         Dengan menyusui menyebabkan pengembalian uterus lebih cepat.
·         Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan

12.Menganjurkan pada ibu untuk kompres dingin / hangat sebelum / sesudah menyusui
 untuk mengurangi bengkak dan nyeri juga untuk memperlancar peredaran darah.
13.Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif  setiap 2 jam sekali agar nutrisi terpenuhi


















    VII.                     EVALUASI
Tanggal    : 08 – 10 – 2010                                                                      jam 13.00 WIB
S              :  Ibu telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang cara perawatan payudara dan putting susu datar, serta cara menyusui dengan putting susu yang datar.
O              : Ibu mampu mengulangi penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang cara perawatan payudara dan putting susu datar, serta cara menyusui dengan putting susu yang datar.
A              : Putting susu datar

        P              :
                          -    Anjurkan ibu untuk menggunakan putting susu palsu / kop
                          -    Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan putting susu setiap kali akan mandi
                          -    Menyusukan bayi sesering mungkin pada payudara kanan dan kiri
                           - Anjurkan pada ibu untuk memeras ASI nya apabila ibu bekerja di luar rumah.