TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi
§ Puerperium atau masa nifas adalah masa setelah melasirkan.
(Cristina Ibrahin : 101)
§ Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
(Sinopsis
Obstetri Jilid 1: 115)
§ Masa Nifas (puerperium) yaitu dimulainya setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(YBS-PS
: 122)
§ Nifas (puerperium) periode waktu atau masa dimana organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6
minggu.
(Perawatan Maternitas Edisi 2: 225)
§ Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan
waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan dalam keadaan yang normal.
(Manuaba,
1998 : 190)
§ Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini
sekitar 6-8 minggu.
(Mochtar,
Rustam, 1998)
2.2 Periode Masa Nifas
1.
Puerperium dini, yaitu masa
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.
Puerperium intermedial,
yaitu masa kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote Puerperium, yaitu masa
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
saat persalinan terdapat komplikasi. Masa untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2.3 Fisiologi Nifas
Yang dimaksud
fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam
masa nifas. Artinya memberi ciri dalam masa nifas dengan adanya perubahan-perubahan
yang dianggap normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa
nifas, yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan
fisiologis yang terjadi selama masa nifas adalah :
1.
Involusi
Involusi adalah perubahan yang
merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan, sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi
terjadi karena :
-
Autolysis
Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus.
Proses autolysis disebabkan oleh enzim proteolitis dengan memendekkan jaringan
otot pada waktu hamil mengalami hiperplasi dan pembesaran jaringan otot
jaringan otot menjadi lebih panjang 10 kali lipat dan 5 kali lebih tebal
kembali ke keadaan semula.
-
Aktifitis otot-otot
Adalah adanya kontraksi dan retraksi dari
otot-otot uterus setelah anak lahir yang disebabkan karena efek oksitosin dan
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
placenta dan berguna untuk mengeluarkan sisa-sisa darah dari dalam uterus.
-
Iskemia, disebut juga local
anemia
Yaitu kekurangan darah pada uterus, darah yang
biasa dialirkan ke uterus setelah anak lahir selama postpartum akan dialirkan
ke buah dada yang dibutuhkan untuk pembentukan ASI.
(Cristina
Ibrahin, 1998)
Perubahan
alami alat-alat tubuh :
a. Uterus
Involusi
|
TFU (Tinggi Fundus
Uteri)
|
Berat Uterus (gram)
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000
|
Uri lahir
|
2 jari di bawah pusat
|
750
|
1 minggu
|
Pertengahan
pusat-sympisis
|
500
|
2 minggu
|
Fundus teraba di atas simpisis
|
350
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50
|
8 minggu
|
Sebesar normal
|
30
|
b. Serviks
Serviks agak terbuka
seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak. Segera setelah
persalinan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam cavum uteri.
Setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari.
c. Endometrium
Pada hari pertama, endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm memiliki permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai teraba
akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa desidua basalis yang memakan waktu 2-3
minggu.
d. Ligamen-ligamen
Ligamen, diafragma
pelvis, serta fasia yang menegang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur
kembali seperti semula. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7
minggu pasca persalinan. Dinding vagina yang tegang akan kembali seperti
sebelumnya. Kira-kira setelah 3 minggu.
e. Luka jalan lahir
Luka jalan lahir seperti episiotomi, luka
pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh secara primer.
f.
Involusi bekas implantasi
plasenta.
Segera setelah lahir berdiameter
± 7,5 cm, dengan cepat akan mengecil pada minggu ke-2, diameternya menjadi 3,5
cm dan pada minggu ke-6 akan mencapai 2,4 mm.
g. Saluran kencing
Kandung kencing kurang
sensitive dan kapasitasnya bertambah kandung kencing penuh dan masih tinggal
urin residual yang memudahkan infeksi, dilatasi ureter dan pyelum normalkembali
dalam waktu 2 minggu.
2.
Lochea
Yang dimaksud
dengan lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas.
Lochea dibagi
dalam beberapa jenis :
a. Lochea Rubra
§ Berlangsung 2 hari pasca persalinan
§ Berisi darah segar (warna merah dan hitam), sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, vernix caseosa, meconeum.
b.Lochea
Sanguinolenta
§ Hari ke 5-7 pasca persalinan
§ Darah dan lender (berwarna merah kekuningan)
c. Lochea Serosa
§ Hari ke 7-14 pasca persalinan
§ Cairan agak berwarna kuning.
d.
Lochea Alba
§ Setelah 2 minggu pasca persalinan
§ Cairan darah putih.
3.
Laktasi
Laktasi
dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI). ASI
merupakan makanan pokok bagi bayi . Karena ASI bersifat alamiah, dan tiap ibu
yang melahirkan dari dirinya akan tersedia makanan bagi bayinya sendiri. Dampak
psikologis pemberian ASI, adalah terjalinnya hubungan yang lebih erat antara
ibu dan bayinya. Bayi akan merasa tentram, aman, hangat, kasih saying di dalam
pelukan ibunya. Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui), sejak kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
§ Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan
lemak bertambah.
§ Keluar cairan susu jolong dan ductus lactiferous disebut colostrums
berwarna kuning atau putih susu.
§ Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena
berdilatasi sehingga tampak jelas pada pemeriksaan luar.
2.4
Pengawasan Masa Nifas
a. Keadaan Umum
1. Nadi
Umumnya berkisar
antara 60-80 x/menit, jika terdapat bradikardi setelah persalinan maka hal
tersebut masih dianggap normal. Bila terdapat tackikardi sedangkan suhu badan
tidak meningkat, kemungkinan dapat disebabkan karena adanya perdarahan
berlebihan atau kelelahan. Dan bila tackikardi disertai dengan kenaikan suhu
badan pasca persalinan maka hal ini dapat dimungkinkan karena adanya infeksi
nifas.
2. Suhu
Sesudah persalinan
suhu badan dapat meningkat kurang dari 0,5ÂșC dari keadaan normal, tidak lebih
dari 37,2ÂșC. Bila lebih dari 38ÂșC perlu diwaspadai adanya bahaya infeksi,
sesudah 12 jam pertama melahirkan. Umumnya suhu badan akan kembali normal.
3. Pernafasan
Sekitar 16-20
x/menit pada saat nifas. Hal ini dikarenakan rahim sudah kembali pulih dan
tidak ada lagi pembesaran rahim yang dapat menekan diafragma.
4. Tekanan Darah
Batas normal untuk sistol 130 mmHg masa nifas
diukur setelah plasenta lahir. Hasilnya dibandingkan dengan pengukuran
sebelumnya.
b. Keadaan Uterus
Pengawasan terhadap
tingginya fundus uteri pada hari-hari pertama setelah melahirkan terutama
ditujukan untuk mengantisipasi perdarahan dan untuk mengetahui normal tidaknya
proses involusi uterus. Bila terjadi perdarahan yang berasal dari dalam uterus
maka kontraksi uterus akan dapat menjadi lemah. Pengawasan kandung kemih juga
penting karena kandung kemih yang penuh akan dapat mempengaruhi kontraksi
uterus.
c. Perdarahan
Pengeluaran darah perlu
diukur untuk mengetahui berapa banyak darah yang keluar. Pengawasan dilakukan
dengan mengawasi keadaan pembalut penderita. Biasanya ibu akan merasakan bila
darah keluar lebih banyak.
d. Keadaan Lochea
Pengawasan terhadap
keadaan lochea dilakukan setiap mengganti pembalut penderita BAK atau BAB. Pada
perawatan vulva yang khusus atau pada waktu penderita merasa pembalutnya kotor.
Yang perlu diperhatikan pada pengawasan lochea ini adalah : warna, banyak, dan
baunya. Dalam keadaan normal warna ini akan berubah secara gradual dari merah
menjadi merah muda, kuning atau kehijauan.
e. Keadaan Perineum
Pengawasan perineum
dilakukan pada saat perawatan vulva yaitu setiap kali pasien buang air kecil
atau pada waktu khusus diadakan perawatan vulva. Yang diperhatikan adalah
bagaimana keadaaan jahitannya, keadaan luka bekas jahitan apakah perineum
membengkak atau ada infeksi. Laserasi perineum diklasifikasikan berdasarkan
luasnya robekan, yaitu :
·
Derajat Satu : laserasi pada mukosa vagina, fourchette
posterior, dan kulit perineum. Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada
perdarahan dan jika luka teraposisi secara alamiah.
·
Derajat Dua : laserasi pada mukosa vagina, fourchette posterior,
kulit perineum, dan otot perineum. Jahit dengan menggunakan teknik-teknik yang
sesuai dengan prosedur.
·
Derajat Tiga : laserasi pada mukosa vagina, fourchette
posterior, kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
·
Derajat Empat : laserasi pada
mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
sfingter ani eksternal, dan dinding rectum anterior.
Jangan coba menjahit laserasi perineum derajat tiga atau empat.
Segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur
khusus.
f. Keadaan Miksi dan
Defekasi
§ Keadaan Miksi
Setelah ibu
melahirkan terutama bagi yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila
buang air kemih. Ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai
akibat persalinan, sehingga pasien takut untuk buang air kemih. Bila kandung
kemih penuh harus diusahakan agar penderita dapat buang air kemih.
§ Keadaan Defekasi
Kebanyakan pasien
mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada
waktu persalinan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltic usus. Pengeluaran cairan
yang lebih banyak pada waktu persalinan mempengaruhi pula terjadinya
konstipasi, biasanya bila pasien tidak BAB sampai 2 hari setelah persalinan.
g. Keadaan Payudara
Keadaan
payudara diawasi setiap ibu akan menyusui bayinya, dan pada waktu mengadakan
perawatan payudara secara khusus. Seperti dalam perawatan payudara dikemukakan,
yang perlu diperhatikan ialah keadaan putting susu, pembengkakan payudara, dan
pengeluaran air susu ibu (ASI). Bila ada kelainan diadakan perawatan seperti
yang dikemukakan dalam hal perawatan payudara.
h. Istirahat
Setelah melahirkan
pasien diusahakan agar dapat beristirahat untuk memulihkan kembali keadaannya
setelah banyak mengeluarkan tenaga dan kesakitan saat melahirkan, posisi tidur
ibu saat istirahat setelah melahirkan juga perlu diperhatikan.
i. Makanan
Mengingat
pentingnya makanan guna memulihkan kesehatan dan pembentukan air susu ibu, maka
perlu pengawasan apakah ibu memperoleh makanan dengan kuantitas dan kualitas
yang dibutuhkan.
j. Laktasi
Sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mammae, yaitu :
o
Proliferasi jaringan pada
kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
o
Keluar cairan susu jolong dari
duktus lactiverus yang disebut colostrums yang berwarna kuning-putih susu.
o
Hipervaskularisasi pada
permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
o
Setelah persalinan, pengaruh
progesterone akan hilang dan timbul pengaruh LH atau prolaktin yang akan
merangsang ASI. Di samping itu pengaruh oxytosin menyebabkan miopitel kelenjar
susu berkontraksi, sehingga ASI keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari
post partum. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar (rooming in) atau
pada tempat yang terpisah.
k.
Keluhan Klien
Keluhan klien setelah melahirkan
perlu mendapat perhatian agar kelainan-kelainan yang menimbulkan gejala-gejala
keluhan tersebut dapat lekas diawasi. Keluhan-keluhan klien harus mendapat
pertolongan secepat mungkin, sebaiknya keluhan penderita disampaikan pada
dokter agar mendapat pemeriksaan dan pengobatan yang cepat.
2.5 Tujuan Pengawasan Masa Nifas
1.
Semua aspek pada perawatan
nifas, dimaksudkan agar pada saat keluar dari RS atau ibu dipulangkan, ibu
berada dalam keadaan yang sehat, dengan anak yang sehat serta mengetahui cara
merawat anaknya.
2.
Mendapatkan cukup istirahat,
sehingga tubuh dan fikirannya dapat pula kembali setelah menjalankan berbagai
tugas, fisik serta emosional selama hamil dan bersalin.
3.
Dapat melaksanakan pemberian
ASI secara memuaskan atau memiliki keyakinan dan melaksanakan pemberian susu
buatan.
2.6 Masalah, Komplikasi dan Penatalaksanaannya.
a.
Putting susu lecet
Dapat disebabkan oleh cara
menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar dan dapat disertai adanya
infeksi monolia.
Penatalaksanaannya,
dengan melakukan teknik menyusui yang benar, putting susu harus kering saat
menyusui, putting susu dapat diberi linolin. Dan sebaiknya menyusui pada
payudara yang tidak lecet terlebih dahulu. Jika lecetnya luas, menyusui ditunda
24-28 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau di pompa.
b.
Payudara bengkak
Disebabkan pengeluaran
ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat
disapih.
Penatalaksanaannya,
dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI dikeluarkan dengan pompa dan
pemberian analgesic.
c.
Mastitis
Payudara tampak oedema,
kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
Penatalaksanaannya,
dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotic dengan analgesic, dan
menyusui tidak perlu dihentikan.
d.
Abses Payudara
Pada payudara dengan abses, ASI dipompa, abses diinsisi, serta
diberikan antibiotic dan analgesic.
e.
Perdarahan Nifas Sekunder
Perdarahan masa nifas dinamakan
sekunder 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan sekunder ini
ditemukan kurang dari 1% dari semua persalinan. Sebabnya ialah subinvolusi,
kelainan congenital uterus, mioma uteri sub mukosum, dan penghentian laktasi.
Terapi dapat dimulai dengan pemberian 0,5 mg atau kurang. Perdarahan yang
banyak memerlukan pemeriksaan tentang penyebabnya. Apabila tidak ditemukan
mioma uteri sub mukosum yang memerlukan penanganan khusus, kerokan (kuretase)
dapat menghentikan perdarahan. Pada tindakan ini perlu dijaga agar tidak
terjadi perforasi.
f. Mobilitas
Selama 8 jam post partum ibu
harus istirahat, dan tidur terlentang, lalu boleh berbaring miring kiri atau
kanan. Hari ke dua diperbolehkan duduk, hari ke tiga jalan-jalan dan hari ke
empat atau ke lima
sudah diperbolehkan pulang.
g.
Diet
Makan bergizi, berkalori,
mengandung protein, banyak cairan sayur-sayuran dan buah. Harus mendapat
tambahan kalori 500 kalori setiap hari. Minum vitamin (200.000 unit)
h.
Miksi
Hendaknya dapat dilakukan
sendiri secepatnya.
i. Defekasi
Buang air besar harus sudah
dilakukan dalam 3-4 hari pasca persalinan
j. Perawatan Payudara
Dimulai sejak pasien masih
hamil, tujuannya agar putting susu lemas, tidak kering dan keras, serta sebagai
persiapan untuk menyusui bayinya :
o Menjaga payudara tetap kering dan bersih, terutama putting susu.
o Menggunakan BH yang menyokong payudara.
o Apabila putting susu lecet, oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu tiap kali selesai menyusui.
o Apabila lecet berat, menyusui dapat diistirahatkan selama 24 jam.
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
o Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parcetamol 1 tablet
setiap 3 jam.
o Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
–
Pengompresan payudara dengan
menggunakan kain basah dan hangat selama 1 menit.
–
Urut payudara dari arah pangkal
menuju putting susu atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah
menuju putting.
–
Keluarkan ASI sebagian dari
bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lemas.
–
Susukan bayi setiap > 3 jam,
apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
–
Letakkan kain dingin pada
payudara setelah menyusui.
k.
Laktasi
Setelah persalinan pengaruh
supresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu, pengaruh
oksitosin menyebabkan intro-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI
keluar. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, selalu segar, bersih
dan siap untuk diminum.
l. Senggama
Secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami istri. Begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
m.
Istirahat
Sarankan ibu untuk tidur siang
dan tidur selagi bayi tidur. Kurangnya istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal yaitu mengurangi jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi
dan memperbanyak jumlah perdarahan.
n.
Pemeriksaan pasca persalinan,
meliputi pemeriksaan umum, keadaan umum, payudara, dinding perut, secret
vagina, dan keadaan alat kandungan.
o.
Kebersihan
Anjurkan ibu membersihkan daerah
kelamin, dengan sabun dan air, mulai depan ke belakang yaitu dari vulva ke
anus.
p.
KB
Pada umumnya metod KB dapat
dimulai setelah 2 minggu setelah melahirkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana efektifitasnya kelebihan atau keuntungan, efek samping, cara
menggunakan dan kapan menggunakan.
q.
Nasehat untuk ibu nifas
1. Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
2. Sebaiknya bayi disusui
3. Kerjakan gymnastic sehabis bersalin (senam nifas)
4. Untuk kesehatan melakukan KB untuk menjarangkan anak
5. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.
r. Pemulangan Pasien
Pasien dapat dipulangkan jika
persalinan lancar dan spontan setelah keadaan baik dan tidak ada keluhan.
2.7. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
§ Taking in (ketergantungan)
¤
Timbul pada hari I dan II masa
nifas.
¤
Membutuhkan perlindungan dan
pelayanan
¤
Tergantung, perlu istirahat dan
nutrisi
¤
Pasif
¤
Fokus pada diri sendiri
¤
Membicarakan pengalaman
melahirkan berulang-ulang
¤
Persepsi menyempit, kadang
konsentrasi menurun sehingga kemampuan menerima informasi juga berkurang.
§ Taking hold (ketergantungan-ketidak tergantungan)
¤
Timbul pada hari ke-3 sampai
dengan 4 dan 5 masa nifas
¤
Ibu siap menerima peran baru
dan belajar semua hal-hal baru
¤
Butuh system pendukung
¤
Mekanisme pertahanan diri
penting.
¤
Merupakan waktu terbaik untuk
memberikan untuk memberikan health education / penyuluhan.
§ Letting Go (ketidak tergantungan)
¤
Terjadi pada minggu ke 5-8 masa
nifas.
¤
Keluarga tidak menyesuaikan
diri dengan peran baru dan anggota baru
¤
Tubuh telah mulai sembuh.
¤
Mampu menerima tanggung jawab
dan mandiri.
A. Anatomi
Payudara dan Fisiologi Laktasi
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi
antara laki - laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang
adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah
satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari
kehidupan, karena Air Susu Ibu ( ASI ) adalah makanan bayi yang paling penting
terutama pada bulan - bulan pertama kehidupan.
1.
Kalang Payudara ( Areola Mammae )
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada
wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila
kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan
menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak
kembali lagi seperti warna asli semula.
Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat,
kelenjar lemak dari montgomery
yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini
akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama
menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat
penampungan air susu.
2.
Putting Susu.
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat
ini terdapat lubang - lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus,
ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat - serat
otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka
duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan
serat - serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu
tersebut.
Payudara terdiri dari 15 - 25 lobus. Masing - masing
lobulus terdiri dari 20 - 40 lobulus. Selanjutnya masing - masing lobulus
terdiri dari 10 - 100 alveoli dan masing - masing dihubungkan dengan saluran
air susu ( sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon.
3.
Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam - macam hormon.
Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi 3 bagian,
yaitu :
a. Pembentukan
kelenjar payudara.
b. Pembentukan
air susu.
c. Pemeliharaan
pengeluaran air susu.
a. Pembentukan
kelenjar payudara.
1.
Masa Kehamilan.
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas
dari - duktus yang baru, percabangan - percabangan dan lobulus, yang
dipengaruhi oleh hormon - hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon - hormon
yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta,
karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid,
hormon pertumbuhan.
2.
Pada 3 bulan Kehamilan.
Prolaktin dari adenohipofise / hipofise anterior mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut
kolostrom. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan
progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan
kolostrum yang ditekan.
3.
Pada Trimester Kedua Kehamilan.
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan
kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon - hormon terhadap pengeluaran air
susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa seorang Ibu yang melahirkan bayi
berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum.
b. Pembentukan
Air Susu.
Pada seorang Ibu yang menyusui dikenai 2 reflek yang
masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu:
1.
Refleks Prolaktin.
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi.
Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus
luteum maka estrogen dan progesterone sari-at berkurang, ditambah dengan adanya
isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang
ujung - ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor - faktor yang
menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor -
faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor - faktor yang memacu sekresi
prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone
ini merangsang sel - sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak
akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air
susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui,
kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 - 3. pada ibu yang
menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti :
o Stress atau
pengaruh psikis
o Anastesi
o Operasi
o Rangsangan
puting susu
2.
Reflek Letdown
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
hipofise posterior ( neurohipofise ) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ
tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk ke system duktus dan selanjutnya menbalir melalui duktus
lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor
- faktor yang meningkatkan let down adalah :
-
Melihat bayi
-
Mendengarkan suara bayi
-
Mencium bayi
-
Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor
- faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti:
-
Keadaan bingung / pikiran kacau
-
Takut
-
Cemas
c. Pemeliharaan
Pengeluaran Air Susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan
mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormone - hormone ini
sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu
selama menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi
darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya
rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan yang kurang, frekuensi
isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan
prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak
minggu pertama kelahiran.
4.
Mekanisme Menyusui.
a. Reflek
mencari ( Rooting Reflex }
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah
sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi.
Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi
diikuti dengan membuka mulut dan kemudian
putting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b. Reflek
menghisap ( Sucking Reflex )
Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan
lidah, putting susu ditarik lebih jauh dan rahang rnenekan kalang payudara
dibelakang putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit - langit
keras. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan
menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir
ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu pada
langit - langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara yang
dilakukan oleh bayi, tidak akan menimbulkan cedera pada putting susu.
c. Reflek
menelan (swallowing reflek )
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan
disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot - otot pipi,
sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan masuk ke lambung. Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol
dimana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu
mengalir dengan mudah dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol
yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi, yang
semuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh
bayi untuk menghisap susu menjadi minimal.
Kebanyakan bayi - bayi yang masih baru lahir belajar
menyusu pada ibunya, kemudian dicoba pada susu botol yang bergantian, maka bayi
tersebut akan menjadi bingung puting. Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya,
cara menyusu seperti menghisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik
dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu, jika bayi terpaksa tidak bisa
langsung disusui oleh ibunya pada awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum
melalui sendok, cangkir, atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung
puting.
B. Manajemen
Laktasi
Semua keunggulan yang terkandung pada ASI perlu
ditunjang oleh cara pemberian yang benar.
1.
Persiapan menyusui
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan ha(
yang pentin-, sebab den-an persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk
menyusui bayinya. Bimbingan persiapan menyusui ( BPM ), terdiri atas :
a.
Penyuluhan ( audio visual ) tentang :
-
Keunggulan AS[ dan kerugian susu botol.
-
Mantaat rawat gabung.
-
Perawatan bayi.
-
Keluarga berencana,dll.
b.
Dukungan psikologis pada ibu untuk manghadapi
persalinan dan keyakinan dalam keberhasilan menyusui.
c.
Pelayanan meliputi pemeriksaan payudara, perawatan
putting susu.
2.
Perawatan Psikologis
Langkah
- langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk
menyusui :
-
Menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui
adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninya.
-
Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian
susu botol.
-
Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang
mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya.
-
Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya
dan petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan kemauanya dalam membantu ibu
sehingga hilang ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang dihadapi.
3.
Pemeriksaan Payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengetahui
lebih dini adanya kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum
persalinan, dimulai dari inspeksi dan palpasi, serta dimulai pada kunjungan
pertama.
a. Inspeksi
Payudara
1.
Payudara
-
ukuran dan bentuk
Tidak
berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti
pembesaran masa, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi.
-
Kontur / Permukaan
Permukaan
yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka pada kulit
payudara harus dipikirkan kearah tumor. Saluran limfe yang tersumbat dapat
menyebabkan kulit membengkak, dan seperti kulit jeruk.
-
Warna Kulit
Pada
umumnya warna kulit sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu
diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit atau
bahkan keganasan.
2.
Kalang Payudara
-
Ukuran dan Bentuk
Umumnya
akan meluas pada saat pubertas dan selama kehamilan serta bersifat simetris.
-
Permukaan
Dapat
licin atau berkerut, bila ada sisik putih perlu dipikirkan tentang
kebersihannya yang kurang.
-
Warna
Pigmentasi
yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna lebih gelap.
b. Palpasi
Payudara
-
Konsistensi.
Konsistensi
payudara dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal.
-
Masa
Tujuannya
untuk mencari masa secara jelas letak dan ciri-ciri masa yang teraba, dan harus
dievaluasi dengan baik. Pemeriksaan ini sebaiknya diperluas sampai ke arah
ketiak.
-
Putting Susu
Pemeriksaan
putting susu merupakan hal yang terpenting dalam mempersiapkan ibu untuk
menyusui.
4.
Pemeriksaan Putting susu datar
a) Pengertian
Putting
susu datar merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Macam-macam kelainan
anatomi pada putting susu ada dua, yaitu putting susu datar (flat nipple)
dan putting susu terbenam (inverted nipple).
Gambar bentuk-bentuk putting susu:
b) Etiologi
o
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, hal ini dapat dikarenakan terjadinya gangguan pembentukan atau kelainan
bawaan seperti pada true inverted nipple.
o
Karena kelainan otot putting payudara,
penanganannya membutuhkan tindakan pembedahan.
c) Diagnosis
Untuk
diagnosis apakah putting susu ada kelainan atau tidak, yaitu dengan cara menjepit
kalang payudara antara ibu jari dan jari telunjuk di belakang . putting susu.
Kalau putting susu menonjol maka putting tersebut adalah normal, tetapi kalau
putting tidak menonjol maka putting tersebut putting inversi atau datar.
d) Komplikasi .
o
Terjadinya putting susu lecet
o
Terjadinya sumbatan saluran ASl
o
Terjadinya pembengkakan payudara
o
Terjadinya mastitis
o
Terjadinya abses payudara
e) Penatalaksanaan
Cara
Perawatan putting susu datar
a. Dengan
Tekhnik Hoffman
1) Cucilah
tangan sebelum melakukan perawatan payudara.
2)
Kompres putting susu sampai bagian areola mammae
dengan kapas yang telah dibasahi minyak kelapa selama 2-3 menit. Tahap ini
bertujuan untuk memperlunak kotoran/kerak yang menempel pada putting susu
sehingga mudah untuk dibersihkan.
3)
Olesi ibu jari dan jari telunjuk dengan minyak
kelapa.
4)
Kedua putting susu diputar kearah dalam dan keluar
(searah dan berlawanan jarum jam) sebanyak 30 kali putaran. Tahap ini bertujuan
untuk meningkatkan elastisitas otot putting susu.
5)
Letakkan kedua jari telunjuk di sebelah kiri dan
kanan putting susu, kemudian secara perlahan tarik kearah luar menjauhi putting
susu. Lakukan sebanyak 20 kali. Gerakan ini membantu meregangkan kulit areola
mammae dan jaringan dibawahnya.
6)
Gerakan tersebut diulangi dengan letak kedua jari
telunjuk dipindahkan kearah atas dan bawah.
7)
Pijat kedua areola mammae hingga keluar 1-2 tetes
ASI.
8)
Kedua putting susu dibersihkan dengan handuk
kering dan bersih.
9)
Pakailah BH yang bersifat menopang payudara.
Gambar
gerakan Hoffman
b. Dengan
menggunakan pompa putting atau spuit modifikasi
Dapat
dibuat dari spuit injeksi 10 cc. Bagian ujung jarum dipotong dan kemudian
pendorong dimasukkan dari arah potongan tersebut.
Gambar pembuatan spuit modifikasi :
Cara
penggunaanya:
1)
Tempelkan ujung pompa (spuit injeksi) pada
payudara, sehingga putting berada di dalam pompa.
2)
Tarik perlahan sehingga terasa ada tahanan dan
dipertahankan selama 30 detik - 1 menit.
3)
Bila terasa sakit kendorkan.
4)
Prosedur ini diulangi terus hingga beberapa kali
dalam sehari.
c.
Dengan menggunakan pemijatan untuk menormalkan
bentuk putting
1) Cucilah
tangan sebelum memulai pemijatan.
2)
Sebelum pemijatan angkat payudara dengan telapak
tangan, kemudian tekan tepat pada putting dengan telunjuk selama 3 menit.
3)
Tarik putting dengan ibu jari dan jari telunjuk, selama
3 detik lalu lepaskan.
4)
Selanjutnya, tahan dan angkat payudara dengan
salah satu telapak tangan, dengan posisi payudara antara ibu jari dan telunjuk
serta telapak sedikit menekan dasar payudara.
5)
Letakkan putting diantara ibu jari dan telunjuk
serta jari tengah. Arahkan putting kearah atas hingga anda dapat melihat ujung
putting. Bila keluar cairan dari ujung putting maka segera bersihkan.
6)
Pijat sekeliling lingkar putting mernakai ujung jari
seolah-olah membentuk lingkaran selama I-2 menit. Jika lingkar putting sudah
terasa lunak, lakukan pada puting sebelahnya.
7)
Tarik ujung putting memakai ujung, jari, serta
putar ke kiri atau ke kanan selama 2-3 menit. Lakukan tarikan atau putaran ini
tetapi jangan sampai terasa sakit.
Gambar pemijatan untuk menormalkan putting susu :
Kalau dengan semua cara tersebut di atas putting susu
tetap datar, maka ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa kemudian diberikan
dengan sendok/pipet. Karena tidak semua kelainan putting susu dapat dikoreksi.
Cara menyusui
dengan flat nipple
1)
Bila hanya satu putting yang terkena, maka bayi
pertama-tama disusukan pada putting susu yang normal, karena menyusukan pada
putting yang normal maka sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi dan juga mengurangi
kemungkinan terjadinya lecet pada putting.
2)
kompres dingin pada putting susu yang datar
sebelum menyusui akan menambah protaktilitas dari putting.
3)
Deng teknik Hoffman dan menggunakan Breast
Hield pada waktu tidak menyusui akan menambah protaktilitas dari putting
4)
Kalau dengan semua cara tersebut di atas, tidak
dapat dikoreksi maka ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa kemudian
diberikan dengan sendok atau pipet.
5)
Biarkan bayi menghisap dengan kuat pada posisi menyusui
yang benar, karena dengan demikian akan memacu peregangan putting.
Gambar cara memegang putting susu datar pada saat menyusui
Gambar berbagai macam posisi menyusui
Cara
pengeluaran ASI Pada putting susu datar
1)
Pengeluaran ASI dengan tangan
·
Siapkan cangkir, gelas atau mangkuk yang sangat
bersih. Cuci dengan sabun dan keringkan dengan tissue/lap yang bersih. Tuangkan
air mendidih ke dalam cangkir dan biarkan selama beberapa menit. Bila sudah siap
untuk memeras ASI, buang air dari cangkir.
·
Tangan dicuci sampai bersih .
·
Letakkan cangkir di meja atau pegang dengan satu
tangan lain untuk menampung ASI.
·
Badan condong ke depan dan sangga payudara dengan
tangan.
·
Letakkan ibu jari disekitar areola di atas puting
susu dan jari telunjuk pada areola di bawah putting susu.
·
Pijat ibu jari dan telunjuk ke dalam, menuju
dinding dada.
·
Sekarang pijat areola di belakang putting susu
diantara jari dan ibu jari.
Ibu harus memijat sinus lactiferus di bawah areola.
·
Tekan-lepas-tekan-lepas. Pada mulanya tidak ada
ASI yang keluar, tetapi setelah diperas beberapa kali ASI mulai menetes. ASI
juga memancar bila reflek pengeluaran aktif.
·
Jangan memijat atau menekan putting, karena dapat
menyebabkan nyeri.
·
Gerakan ini diulangi pada sekitar kalang payudara
pada semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.
Gambar pengeluaran ASI dengan tangan
2)
Pengeluaran ASI dengan pompa
·
Tekan bola karet unutuk mengeluarkan udara.
·
Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan
putting susu tepat ditengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
·
Bola karet dilepas, sehingga putting susu dan
kalang payudara tertarik ke dalam.
·
Tekan-lepas-tekan-lepas, sehingga ASI keluar dan
terkumpul pada lekukan penampung sisi tabung. Setelah dipakai atau akan
dipakai, alat harus dicuci bersih dengan menggunakan air mendidih. Bola
karetnya sukar dibersihkan, oleh karenanya bila memungkinkan lebih baik
pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.
Gambar pengeluaran ASI
dengan pompa
Cara pemberian ASI ke bayi :
1) Dengan menggunakan
cangkir
·
Ibu atau yang memberi minum bayi duduk dengan
memangku bayi.
·
Pegang punggung bayi dengan lengan.
·
Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi.
·
Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan
biarkan bayi menghisap ASI dari dalam cangkir (saat cangkir dimringkan).
·
Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi
menelan.
Gambar
pemberian ASI dengan cangkir :
2) Dengan
rnenggunakan sendok
·
Ibu atau yang memberi minum pada bayi duduk dengan
memangku bayi.
·
Pegang punggung bayi dengan lengan.
·
Dekatkan bibir sendok pada mulut bayi.
·
Biarkan bayi berusaha menghisap sendiri ASI dalam
sendok
·
Berikan ASI sedikit demi sedikit.
·
Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi
menelan.
Gambar pemberian ASI dengan sendok :
Langkah-langkah
Menyusui Yang Benar
a)
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada putting dan sekitar areola. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembapan pada putting susu.
b)
Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
·
Ibu duduk/berbaring dengan santai, bila duduk
lebih baik menggunakan kursi yang rendah, agar kaki ibu tidak menggantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
·
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu
lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah,
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
·
Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu,
dan yang satu di depan.
·
Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya kepala bayi yang membelok).
·
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
·
Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
c)
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari
lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu atau areola saja.
d)
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan
cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh mulut bayi.
e)
Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala
bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta areola dimasukkan ke mulut
bayi.
f)
Melepas isapan bayi dengan cara kelingking
dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
g)
Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan di sekitar areola, biarkan kering dengan
sendirinya.
h). Menyendawakan bayi dengan tujuan mengeluarkan
udara dari lambung supaya hayi tidak muntah/gumoh setelah menyusu.
Gambar
posisi untuk membuat bayi bersendawa:
Cara
Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
a)
Bayi tampak tenang.
b)
Badan bayi menempel pada perut ibu.
c)
Mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada
payudara ibu.
d)
Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi.
e)
Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
f)
Putting susu ibu tidak terasa nyeri.
g)
Telinga dan tangan bayi terletak pada satu garis
lurus.
h)
Kepala tidak menengadah.
Lama
dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis
bukan karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah merasa perlu menyusui
bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan
ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan
menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu
setelah 1-2 minggu kemudian.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya payudara, maka
sebaiknya tiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya
ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
Gambar BH yang baik untuk ibu menyusui :
Penyimpanan
ASl bagi Ibu Bekerja
ASI
yang telah dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat, bila
disimpan :
1) Di udara terbuka/bcbas : 6-8 jam
2) Di lemari
es (4ÂșC) :
24 jam
3) Di lemari
pendingin/beku (-18ÂșC) : 6 bulan
Sebaiknya ASI disimpan dalam wadah kecil dari besi
nirkarat (stainless, steel). Tetapi jika tidak ada, bisa memakai kantong
plastik. Botol harus diberi tanggal dan jam agar ASI yang pertama kali disimpan
bisa dipakai lebih dulu. Jika akan dipakai, ASI dihangatkan dulu dengan
merendamnya dengan air panas. ASI yang tersisa setelah diberikan pada bayi
sebaiknya dibuang. Pemberian ASI jangan menggunakan botol susu, tetapi gunakan
sendok.
C. Aspek Gizi
Air Susu Ibu
1.
Faktor - faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI
a. Perubahan sosial
budaya
-
Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
-
Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol.
-
Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya.
b. Faktor
Psikologis
-
Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang
wanita.
-
Tekanan batin.
c. Faktor
Fisik Ibu
-
Ibu sakit, misalnya mastitis, hepatitis dsb.
d.
Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga
masyarakat kurang mendapat dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
2.
Kebaikan Air Susu Ibu.
ASI merupakan susu terbaik untuk bayi kita, tidaklah
perlu disangsikan lagi. Disamping zat- zat yang tergantung didalamnya, pemberian
ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
a.
Steril dan aman dari pencemaran kuman.
b.
Tidak ada bahaya alergi.
c.
Selalu tersedia dengan susu yang optimal.
d.
Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
e.
Mengandung anti body yang dapat menghambat pertumbuhan
atau membunuh kuman atau virus.
Selain
kebaikan ASI sendiri, menyusui juga mempunyai keuntungan lain,. yaitu :
a.
Dengan menyusui terjalin hubungan yang lebih baik
antara bayi dan ibunya karena secara umum dengan adanya kontak kulit, bayi
merasa aman. Hal ini sangat penting bagi perkembangan psikis dan emosi dari
bayi.
b.
Dengan menyusui menyebabkan uterus berkontraksi
sehingga pengembalian uterus keadaan fisiologis ( sebelum hamil ) lebih cepat.
c.
Dengan menyusui akan mengurangi kemungkinan
menderita kanker payudara pada masa mendatang.
d.
Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk
beberapa bulan mendatang.
3.
Bahaya Pemberian Susu Botol.
a.
Meningkatnya morbiditas diare karena kuman dan
moniliasis mulut yang meningkat, sebagai akibat dari pengadaan air dan
sterilisasi yang kurang baik.
b.
Meningkatnya kejadian marasmus yang disebabkan
kerena penyapihan . yang terlalu dini.
c.
Kurangnya kalori dan protein pada bayi sangat
berbahaya karena jumlah sel otak dan juga luas permukaan otak yang sebenarnya
masih dalam taraf perkembangan yang cepat sampai akhir tahun kedua,
perkembangan akan terganggu l terhenti sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
mental, intelektual dan juga fisik di masa mendatang.
4.
Komposisi Air Susu Ibu. .
ASI. adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktase dan garam - garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bayi. Komposisi ASI ternyata tidak konstan dan tidak
sama dari waktu ke waktu.
Faktor
- faktor yang mempengaruhi komposis Air Susu IN adalah:
a.
Stadium laktasi.
b.
Ras.
c.
Keadaan nutrisi
d.
Diit ibu.
5.
Air Susu lbu Menurut Stadium Laktasi.
Ă
Kolostrum
-
Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar payudara.
-
Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama
sampai hari ketiga atau ke empat.
-
Merupakan cairan kental dengan warna ke kuning -
kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur
-
Lebih banyak mengandung anti body dibandingkan
dengan ASI yang matur.
-
Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI
matur tidak.
-
Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan
mekoneum dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan
bayi bagi makanan yang akan datang.
Ă
Air Susu Masa Peralihan
-
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai
menjadi ASI yang matur.
-
Disekresi hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa
laktasi.
-
Kadar protein, makin merendah sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi.
Ă
Air Susu Matur
-
Merupakan Asi yang disekresi pada hari ke-4 dan
seterusnya.
-
Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning -
kuningan.
-
Tidak menggumpal jika dipanaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih, ASi :
Petunjuk untuk tenaga kesehatan. 1997. Jakarta
: EGC
Haulina, Mellyna. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. 2001. Jakarta : Puspa Swara.
www.google.com
: Kapan ASI Basi
www.google.com
: Manajemen ASI Bagi Ibu Bekerja
www.google.com
: Perawatan Payudara Selama Hamil
www.google.com
: Semua Ibu Pasti Bisa Menyusui.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
PADA NY “ E “ P1001 DENGAN PUTTING SUSU DATAR
DI BPS Hj. INDAH THOHIR, SST
SIDOMUKTI - KEPOHBARU
I.
Pengkajian Data
Tanggal : 08 – 10 - 2010 Jam :12.00 WIB
A DATA
SUBYEKTIF
1.
Biodata
Nama ibu :
Ny “ E “ Nama
ayah : Tn.” M”
Umur :
20 tahun Umur : 27 tahun
Agama :
Islam Agama : Islam
Pendidikan :
SMU Pendidikan : D II
Pekerjaan :
GURU Pekerjaan
: GURU
Penghasilan :
- Penghasilan : Rp. 800.000
Alamat :
Dsn. Balong – Ds. Jegreg
Modo - Lamongan
2.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan sulit menyusui bayinya karena putting
susunya tidak menonjol
3.
Riwayat Kesehatan yang lalu.
Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit kronis, akut, dan menular (seperti darah tinggi, kencing
manis, jantung, asma, paru-paru, dan IMS)
4.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarga
tidak pernah menderita penyakit kronis, akut, dan menular (seperti : darah
tinggi, kencing manis, jantung, asma, paru-paru, dan IMS). dan tidak ada
keturunan kembar.
5.
Riwayat
Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 6 hari
Banyaknya : ± 3 kotek sehari
Warnanya : Hari ke 1-3 warna merah, hari ke 4-5
kecoklatan, ke-6 bercak kuning.
Bau : Khas (Anyir)
disminorche : ada sebelum 3 hari
menstruasi.
Fluor albus : ada 2 hari sebelum dan sesudah menstruasi
HPHT : 05 - 01- 2009
TTP :12 - 10 -
2010
6.
Status
Perkawinan
Perkawinan ke : 1 kali
Usia kawin : 19 Tahun
Lama kawin : 1 Tahun
7.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
NO
|
Umur Kehamilan
|
Cara Partus
|
Penolong
|
Tempat
|
Keadaan Bayi
|
Jenis Kelamin
|
Berat Badan Lahir
|
Uri
|
Nifas
|
Umur Seka rang
|
1
|
± 9 bulan
|
Spontan
|
Bidan
|
RS
|
Sehat
|
Perem puan
|
37000 Gr
|
Leng kap
|
Nor mal
|
|
8. Riwayat Kehamilan yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan
kehamilan pertama, ibu secara rutin periksa dibidan pada TM I sebanyak 2x, TM
II 3x, dan TM III 5x. Selama periksa ibu mendapat suntik TT 1x saat uk 4 bl,
tablet tambah darah, vitain dan kalsium. Ibu juga mendapatkan penyuluhan
perawatan payudara, tanda bahaya kehamilan.
9. Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan persalinan ibu
pada tanggal 06 oktober 2010 pukul :
20.00 wib. Spontan ditolong oleh bidan, jenis kelamin perempuan, BB 3700 gram, PB 47 cm, AS : 7- 8 ,
plasenta lahir 10 menit setelah bayi lahir.
10. Riwayat KB
Ibu
mengatakan selama menikah belum pernah mengikuti KB dan Ibu dianjurkan mengikuti
KB MAL sekarang.
11. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a.
Pola
Nutrisi
Selama hamil : Makan 3x
sehari porsi sedang dengan menu: nasi, sayur, lauk-pauk.
Minum
4-5 gelas sehari (air putih kadang teh)
Selama nifas : Makan 2x sehari porsi sedang dengan menu : nasi,
lauk pauk dan sayur.
Minum 1 gelas teh dan 4 gelas air putih.
b.
Pola
Istirahat dan Tidur
Selama hamil
Siang : ± 1,5 jam (jam 13.00 – 14.30 wib)
Malam : ± 7 jam (jam 21.30 – 04.30 wib).
Selama
nifas
Siang : ± 1 jam.
Malam : ± 5 jam.
c.
Pola
Eliminasi
Selama hamil : BAB 1x sehari warna kuning, s lembek, tidak
sakit.
BAK
6-7x/sehari warna kuning jernih, bau khcas.
Selama nifas : BAB 1x sehari warna kuning, konsistensii
lembek, tidak sakit.
BAK 3-4x/sehari
warna kuning jernih, bau khas.
d.
Pola
aktivitas
Selama hamil : Ibu bekerja.
Selama nifas : Ibu belum bisa beraktifitas.
e. Kebiasaan
Selama Hamil : Tidak
ketergantungan obat-obatan
Selama nifas : Tidak
ketergantungan obat-obatan
f.
Pola Kebersihan
Selama hamil : Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x/hari, ganti
pakaian dalam dan luar 2x/hari, keramas 2 hari
sekali.
Selama nifas : Ibu mandi 3xsehari, gosok gigi 2xhari, ganti
pakai 2x1 hari, ganti pembalut jika sudah basah
g. Seksualitas
Selama hamil : -
Selama nifas : -
h.
Rekreasi
Selama hamil : -
Selama nifas : -
12. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan
anggota keluarga baik. Ibu merasa cemas dan khawatir karena belum bisa menyusui
bayinya.
13.Data
Sosial Budaya
Ibu mengatakan melakukan
selamatan 40 hari setelah kelahiran serta ibu tidak pernah minum jamu.
14. Pengetahuan.
Ibu mengatakan mendapatkan
informasi dari petugas kesehatan tentang cara perawatan payudara dan cara
meneteki yang benar.
B.
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan
Umum
Keadaan
Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 50 kg
TB : 150 cm
Tekanan
Darah : 120/80 mmHg.
Suhu : 36,3°C
Nadi : 90 x / menit
RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan
Fisik
a) Inspeksi
Kepala : Simetris , warna rambut hitam
, tidak rontok , bersih, tidak ada benjolan.
Muka : Simetris , agak pucat ,
tidak oedema , tidak ada Kloasma
Mata : Simetris, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak icterus.
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan
cuping hidung, bersih, tidak ada pengeluaran secret
Mulut dan Gigi : Bibir
tidak pucat , tidak ada stomatitis , tidak ada caries gigi , tidak ada pembesaran
tonsil dan getah bening
Telinga : Bersih, simetris , tidak ada
pengeluran secret, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid , kelenjar limfe, dan tidak ada bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris , tidak ada retraksi
dada , frekuensi normal.
Payudara : Simetris , terlihat kotor, terjadi
penbesaran payudara , terjadi Hiperpygmentasi dan hipervaskularisasi pada
areola mammae , putting susu datar
Perut : terdapat strie albican, tidak
ada luka bekas operasi, terdapat pembesaran perut sesuai usia nifas.
Genetalia : Tidak
oedema, tidak ada varises, terdapat pengeluaran lochea rubra.
b) Palpasi
Leher : Tidak teraba ada pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena
jugularis , dan pembesaran limfe
Perut : TFU 2 jari bawah pusat, UC baik, tidak ada benjolan abnormal,
kandung kemih tidak tegang dan tidak terasa sakit.
Payudara : Adanya
pengeluaran kolostrom, tidak ada benjolan yang abnormal. Putting susu datar
Ekstremitas : Tidak ada oedema, turgor kulit baik.
c) Auskultasi
Dada : Tidak ada ronkhi dan
wheezing
Abdomen : Bising usus (-)
d) Perkusi
Abdomen : Meteorismus (-)
Reflek patella : (+) / (+)
II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : Ny.
“E” P1001 Ab000 Postpartum hari ke-I Idengan putting susu
datar
Masalah :
Kebutuhan :
III.
ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Pada Ibu : - Potensial terjadi putting susu lecet
- Potensial terjadi saluran ASI tersumbat sehingga produksi ASI
kurang optimal.
- Potensial terjadi pembengkakan payudara
- Potensial terjadi mastitis
Pada Bayi : - Potensial terjadi kurang gizi
- Potensial terjadi ikterus
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
·
KIE tentang cara menyusui dengan putting susu yang
data
·
KIE tentang perawatan payudara dengan putting susu
yang datar
V.
INTERVENSI
Tanggal : 08
– 10 – 2010 jam
12.30 WIB
Dx : Ny.”D” P1001 Ab000 postpartum
hari ke- II dengan putting susu datar
Tujuan : - Putting susu yang datar dapat sedikit
menonjol
- Ibu dan bayi dalam keadaan sehat jasmani
maupun rohani
- Ibu dapat mengerti dan memahami tentang
perawatan payudara
- Bayi segera mendapat nutrisi dengan baik.
1. Lakukan
pendekatan pada ibu dan keluarga
R / Ibu dan keluarga lebih kooperatif dalam tindakan dan
menambah pengetahuan ibu dan keluarga.
2. Lakukan
pemeriksaan TTV
R
/ Deteksi dini adanya komplikasi
3. Lakukan obsevasi
kontraksi uterus dan TFU
R/
Kontraksi yang adekuat dapt mempercepat proses involusi uterus
4. Lakukan
observasi pengeluaran pervaginam
R / Deteksi dini adanya kelainan
5.
Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
banyak minum air putih
R/ Mengkonsumsi
makanan yang bergizi membantu meningkatkan regenerasi jaringan.
6. Ajarkan ibu
cara perawatan payudara khususnya perawatan putting datar
R / Payudara menjadi bersih , lancar, dan
putting dapat menonjol.
7. Ajarkan ibu
cara menyusui yang benar
R / Pemberian ASI akan
maksimal pada bayi
8. Anjurkan
pada ibu untuk memberi ASI sesering mungkin
R / Bayi
terpenuhi nutrisinya.
9. Jelaskan
pada ibu akibat dari menyusui yang tidak benar
R /
Menambah pengetahuan ibu
10. Jelaskan
pada ibu cara perawatan putting payudara datar
R /
Menambah pengetahuan ibu
11. Anjurkan
pada ibu untuk kompres dingin / hangat sebelum / sesudah menyusui
R/ untuk menguranoi
bengkak dan nyeri juga untuk memperlancar peredaran darah.
12. Jelaskan
pada ibu tentang manfaat ASI
R / Menambah penGetahuan
ibu.
13. Anjurkan
pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif
R/ Agar nutrisi
terpenuhi
VI.
IMPLEMENTASI
Tanggal : 08 –
10 – 2011 jam
12.00 WIB
1.
Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga dan
menjelaskan hal-hal yang belum dimengerti sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2.
Mengukur TTV
KU :
baik
Kesadaran :
composmentis
TD :
120/80 mmHg
Nadi :
90 x/menit
RR :
20 x/menit
Suhu :
36ÂșC
TFU : 2
jari bawah pusat
3. Melakukan
observasi lochea, banyak, dan warna
Lochea yang keluar adalah lochea rubra, warnanya merah
dan banyaknya 2 softex/hari.
4. Melakukan
observasi kontraksi uterus dan mengukur TFU. Memeriksa kontraksi uterus dengan
cara meraba uterus yaitu ibu disuruh tidur terlentang, terlihat kontraksi
uterusnya bagus.
5.
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi
untuk mempercepat regenerasi jaringan sehingga luka jaringan maupun proses
involusi berjalan dengan nomal makanan bergizi dan banyak minum air putih dapat
mengembalikan tenaga ibu yang hilang sewaktu mengedan pada proses persalinan.
Contoh makanan yang bergizi yang mengandung protein, carbohidrat, dan vitamin.
Contoh : nasi, sagu, tahu, tempe, sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman
segelas susu.
6. Menganjurkan
ibu untuk
melakukan perawatan payudara khususnya perawatan pada putting susu datar ,
caranya :
-
Ibu mencuci tangan terlebih dahulu.
-
Membersihkan putting susu dengan kapas yang telah
dibasahi dengan baby oil.
-
Memijat-mijat putting dengan cara menggunakan 2
jari dengan cara arah berlawanan atau dengan cara memencet putting kemudian
putting diputar-putar. Dilakukan secara bergantian antara putting kiri dan
kanan.
7. Mengajarkan
pada ibu cara menyusui yang benar agar bayi dapat meminum ASI dengan nyaman dan
tidak mudah tersedak.
8.
Menganjurkan ibu untuk menyusukan sesering mungkin
yaitu 2 jam sekali.
9. Menjelaskan
pada ibu akibat cara menyusui yang tidak benar :
1)
Putting susu menjadi lecet dan luka
2)
ASI tidak mencukupi , produksi ASI semakin
berkurang akibat reflek menghisap yang salah.
3)
Bayi menolak menyusun
4)
Bayi bingung putting
10. Menganjurkan
pada ibu tentang perawatan putting datar ;
1)
Bila hanya satu putting yang terkena , maka bayi
pertama-tama disusukan pada putting susu yang normal , karena menyusukan pada
putting yang normal maka sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi dan juga
mengurangi kemungkinan lecetnya putting.
2)
Kompres dingin pada putting yang mendatar sebelum
menyusui akan menambah prolaktivitas dari putting.
3)
Dengan teknik Hoffmen dan menggunakan Breastshild
pada waktu tidak menyusui akan menambah prolaktifitas.
4)
Kalau dengan semua cara tersebut di atas tidak dapat
dikoreksi , maka ASI dikeluarkan dengan tangan / pompa kemudian diberikan
dengan sendok atau pipet.
5)
Biarkan bayi menghisap dengan kuat dengan posisi
menyusui yang benar , karena dengan demikian akan memacu peregangan putting
11. Menjelaskan
pada ibu tentang manfaat ASI, yaitu :
·
ASI mengandung antibody dapat menghambat
pertumbuhan kuman.
·
Dengan menyusui akan terjalin ikatan yang erat
antara ibu dan bayi.
·
Dengan menyusui menyebabkan pengembalian uterus
lebih cepat.
·
Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk
beberapa bulan
12.Menganjurkan pada ibu untuk kompres dingin / hangat
sebelum / sesudah menyusui
untuk mengurangi bengkak dan nyeri juga untuk
memperlancar peredaran darah.
13.Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif setiap 2 jam sekali agar nutrisi terpenuhi
VII.
EVALUASI
Tanggal : 08 – 10 – 2010 jam
13.00 WIB
S :
Ibu telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas
kesehatan tentang cara perawatan payudara dan putting susu datar, serta cara
menyusui dengan putting susu yang datar.
O :
Ibu mampu mengulangi penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang
cara perawatan payudara dan putting susu datar, serta cara menyusui dengan
putting susu yang datar.
A : Putting susu datar
P :
- Anjurkan ibu untuk menggunakan putting susu
palsu / kop
- Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan
putting susu setiap kali akan mandi
- Menyusukan bayi sesering mungkin pada
payudara kanan dan kiri
- Anjurkan pada ibu untuk memeras ASI nya
apabila ibu bekerja di luar rumah.